The Beggar 2

palm“Ustad, katanya kalau ada pengemis memnta-minta karena Allah, kita wajib memberinyaa?” tanya Mukidi.”

“Wallahua’lam,” jawab ustad. “Pada dasarnya meminta-minta kepada makhluk agar dipenuhi kebutuhan dirinya tidaklah diperintahkan. Sementara yang diperintahkan adalah agar seseorang berlaku iffah atau menahan diri dari meminta-minta kepada orang lain meski dirinya membutuhkan pertolongan orang lain, sebagaimana firman Allah swt :

لِلْفُقَرَاء الَّذِينَ أُحصِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاء مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya : “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 273)

Imam Muslim meriwayatkan dari Hamzah bin Abdullah dari bapaknya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah salah seorang dari kalian yang terus meminta-minta, kecuali kelak di hari kiamat ia akan menemui Allah sementara di wajahnya tidak ada sepotong daging pun.”

Akan tetapi meminta-minta ini dikecualikan terhadap tiga macam orang, sebagaimana disebutkan didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Qabishah bin Mukhariq Al Hilali ia berkata; Aku pernah menanggung hutang (untuk mendamaikan dua kabilah yang saling sengketa). Lalu aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meminta bantuan beliau untuk membayarnya. Beliau menjawab: “Tunggulah sampai orang datang mengantarkan zakat, nanti kusuruh menyerahkannya kepadamu.” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh (tidak halal) kecuali untuk tiga golongan :

1. Orang yang menanggung hutang (gharim, untuk mendamaikan dua orang yang saling bersengketa atau seumpamanya). Maka orang itu boleh meminta-minta, sehingga hutangnya lunas. Bila hutangnya telah lunas, maka tidak boleh lagi ia meminta-meminta.

2. Orang yang terkena bencana, sehingga harta bendanya musnah. Orang itu boleh meminta-minta sampai dia memperoleh sumber kehidupan yang layak baginya.

3. Orang yang ditimpa kemiskinan, (disaksikan atau diketahui oleh tiga orang yang dipercayai bahwa dia memang miskin). Orang itu boleh meminta-minta, sampai dia memperoleh sumber penghidupan yang layak. Selain tiga golongan itu, haram baginya untuk meminta-minta, dan haram pula baginya memakan hasil meminta-minta itu.”

“Masih ingat seorang pengemis di rumah Abu Kikir?” Mukidi menggeleng.

Ketika musim kemarau melanda dan kelaparan terjadi pada Bani Israel, seorang fakir menghampiri rumah Abu Kikir: “Sedekahkanlah sepotong roti dengan ikhlas karena Allah swt.” 

Saleha, anak gadisnya memberikan roti yang masih panas kepadanya. Begitu memberikan roti tersebut keluarlah ayah si gadis. Abu Kikir yang bakhil langsung memotong pergelangan tangan kanan anak gadisnya hingga putus.

Sejak peristiwa itu  Allah swt pun mengubah kehidupan orang kaya itu dengan menarik kembali harta kekayaannya sehingga menjadi fakir miskin dan akhirnya meninggal dunia dalam keadaan yang paling hina. 

Saleha menjadi pengemis dan meminta-minta dari rumah ke rumah. Pada suatu hari anak gadis itu menghampiri rumah seorang kaya sambil meminta sedekah, Seorang ibu keluar dan sangat kagum dengan kecantikannya. Dia mempersilakan  anak gadis itu masuk ke rumahnya dan memberinya makan. Ibu itu sangat tertarik dan berniat untuk mengawinkan anaknya dengan Saleha.

Akhirnya  perkawinan terjadi,  si ibu itu memberikan pakaian dan perhiasan baginya. 

Ketika sedang makan malam sang suami heran karena istrinya makan menggunakan tangan kiri. “Aku mendengar bahwa orang fakir tidak tahu tatakrama, makanlah dengan tangan kanan  bukan dengan tangan kiri.”

Mendengar suaminya berkata demikian, Saleha tetap makan dengan tangan kiri, walaupun suaminya berulang kali memberitahunya. Tiba-tiba terdengar suara dari sebelah pintu, “Keluarkanlah tangan kananmu itu wahai hamba Allah, sesungguhnya kamu telah mendermakan sepotong roti dengan ikhlas karena Allah, maka tidak ada halangan bagi- Allah memberikan kembali akan tangan kananmu itu.”

Mendengar suara tersebut, maka Salehamengeluarkan tangan kanannya, dan dia mendapati tangan kanannya berada dalam keadaan asalnya, dan dia pun makan bersama suaminya menggunakan tangan kanan.

Rasulullah saw telah bersabda, “Barangsiapa menghormati tamu, maka sesungguhnya dia telah menghormatiku, dan barangsiapa menghormatiku, maka sesungguhnya dia telah memuliakan Allah swt. Dan barangsiapa telah menjadi kemarahan tamu, dia telah menjadi kemarahanku. Dan barangsiapa menjadikan kemarahanku, sesungguhnya dia telah menjadikan murka Allah swt.” 

Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud, “Sesungguhnya tamu itu apabila dia datang ke rumah seseorang mukmin itu, maka dia masuk bersama dengan seribu berkah dan seribu rahmat.”

Leave a comment